Rabu, 14 November 2012

junk food


Sedikit demi sedikit kita bisa mencoba mengurangi makanan-makanan yang memang kurang bermanfaat bagi tubuh kita, mulai memperhatikan makanan yang dikonsumsi, sehat itu mahal sebenarnya, karena jika kita sekarang dalam kondisi sakit, kita tidak bisa mengerjakan aktivitas-aktivitas yang selalu dilakukan dalam keseharian kita.
Ada beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu definisi, produksi, distribusi, pengolahan, dan konsumsi makan tentang Fast Food, serta hubungan antara Fast Food dengan Junk Food, dan masalah kesehatan akibat mengkonsumsi Fast Food. Masing-masing pokok bahasan tersebut akan dijabarkan secara mendalam disertai dengan cara-cara ampuh untuk mengatasi Fast Food dan cara-cara memilih Fast Food dengan benar. Disamping itu, juga memaparkan hasil-hasil penelitian menurut para ahli.
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat, yang telah membantu saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Masih banyak kelemahan dan kekurangan yang saya kerjakan tanpa sengaja. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya akan merasa senang menerima berbagai masukan, kritik, usul atau saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama masyarakat yang seringkali mengkonsumsi fast food dengan berlebih.
Akhir kata semoga Allah. SWT. Melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amiin.
Banjarmasin, 15 September 2010
 
                  Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….………..  2
DAFTAR ISI ………………………………………………………….……….…  3
BAB I I. PENDAHULUAN……………………………………….….…….   5
I.1. Latar Belakang Masalah……………………………….……….  5
I.2. Rumusan Masalah……………………………….………..……  5
I.3. Maksud danTujuan………………………………….…………  6
I.3.1. Maksud…………………………………….….……..….  6
I.3.2. Tujuan……………………………………………………  6
I.3.2.1. Tujuan Umum………………………………..…. 6
I.3.2.2. Tujuan Khusus……………….…………………. 6
I.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data…….…………………  6
BAB II       II. LANDASAN TEORITIS…………………………….…….……   7
BAB III     III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………………..  9
III.1. DEFINISI FAST FOOD………………………………….  9
III.1.1. Apa itu Fast Food ?………………………………………….  9
III.1.2. Kenapa harus Fast Food ?…………………………………. 9
III.2. PRODUKSI FAST FOOD…….…………….…………… 10
III.2.1. Kemasan Fast Food……………………..………….. 10
III.2.2. Dampak positif Fast Food………………………….. 10
III.2.3. Dampak negatif Fast Food………….……..……… 11
III.2.4. Mengurangi dampak negatif………………..……… 11
III.3. DISTRIBUSI FAST FOOD………………….…………… 13
III.4. PENGOLAHAN FAST FOOD…………….…………….  13
III.4.1. Bahan aditif dalam Fast Food……………..……… 13
III.5. KONSUMSI MAKAN……………………………………. 14
III.5.1. Nilai gizi yang terkandung dalam Fast Food……… 14
III.6. FAST FOOD DENGAN JUNK FOOD….……………… 15
III.6.1. Junk Food………………………………………….  15
III.6.2. Cara mengenali Junk Food………………………… 17
III.6.3. Cara menghindari Junk Food……………………… 18
III.6.4. Bahaya Junk Food…………………………………  18
III.6.5. 10 makanan sehat yang bisa menjadi Junk Food…… 21
III.6.6. Mengurangi bahaya Junk Food……………………. 24
III.7. FAST FOOD DENGAN MASALAH KESEHATAN….  25
III.7.1. Obesitas……………………………….……………. 25
III.7.2. Cara mengurangi mengkonsumsi Fast Food……….. 27
III.7.3. Cara memilih Fast Food dengan benar………….…. 28
BAB IV     IV.  PENUTUP………………………………….…………………… 29
IV.1. KESIMPULAN…………………….……………………… 29
IV.2. SARAN……………………………………….…………… 29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….……………… 30
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perubahan pada pola hidup dan pola makan kita telah menyebabkan maraknya muncul makanan yang disebut dengan Fast Food, dalam bahasa Indonesia disebut “makanan cepat saji”. Hal ini disebabkan oleh jadwal kegiatan yang padat dan sibuk. Makan di luar rumah terutama pada siang dan malam hari sudah merupakan hal yang umum di daerah perkotaan di Indonesia. Oleh karena lebih banyak wanita yang bekerja di luar rumah, sehingga kurang waktu untuk menyiapkan makanan di rumah.
Bila kita mendengar istilah fast food maka kita langsung berpikiran makanan seperti burger, french fries, fried chicken, pizza, dan sebagainya. Sering dikacaukan dengan Junk Food, yang definisinya adalah makanan dengan nilai gizi yang rendah, misalnya Chikie, Cheese Ball, yang sangat disukai oleh anak-anak. Umumnya fast food mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula dan garam yang membuat kita menolaknya. Fast food dapat juga menjadi bagian dari makanan yang seimbang, yaitu dengan menyantap juga jenis makanan lain untuk membuatnya seimbang.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas segala hal yang berkaitan dengan Fast Food agar masyarakat lebih tahu akan arti pentingnya kesehatan.
I.2. RUMUSAN MASALAH
Apakah masyarakat sudah mengetahui bahaya dari fast food ? Pertanyaan ini tidak pernah dibahas secara mendalam. Sebagian banyak orang sudah terlalu sering mengkonsumsi fast food dengan berlebih bahkan sudah menjadi kebiasaan dalam menu sehari-hari. Padahal mengkonsumsi fast food merupakan pola hidup yang tidak sehat. Memasak makanan di rumah adalah hal yang harus dilakukan, karena lebih menyehatkan dan terjamin kebersihannya. Mengkonsumsi fast food juga menimbulkan banyak akibat terutama penyakit-penyakit berbahaya, karena di dalam fast food mengandung berbagai macam bahan-bahan yang kurang baik untuk kesehatan tubuh.
Maka, mulai dari sekarang kita harus merubah kebiasaan-kebiasaan buruk dalam pola makan sehari-hari agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, agar dapat mengurangi berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi fast food tersebut.
I.3. MAKSUD DAN TUJUAN
I.3.1. MAKSUD
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan dari mengkonsumsi fast food setiap harinya.
I.3.2. TUJUAN
I.3.2.1. TUJUAN UMUM
1)         Untuk mengubah perilaku masyarakat yang terlalu sering mengkonsumsi fast food.
I.3.2.2. TUJUAN KHUSUS
1)         Untuk memberikan informasi mengenai segala hal tentang fast food.
2)         Untuk memberikan pengetahuan dari bahaya-bahaya yang terkandung dalam mengkonsumsi fast food.
3)         Untuk memberikan pengetahuan tentang cara-cara memilih fast food dengan benar.
I.4. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam pengumpulan data ini, dipergunakan teknik pengumpulan data yang diharapkan dapat melengkapi satu sama lain. Untuk mendapatkan data, saya menggunakan referensi dari internet yang berkaitan erat dengan penulisan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Anak muda perkotaan sudah tidak asing dengan jajanan seperti fried chicken, french fries, hamburger, pizza dan sejenisnya. Termasuk juga donat impor yang berukuran besar dengan macam-macam citarasa, cemilan ekstruksi ( semacam chiki ), minuman bersoda, minuman kola, es krim, milkshake, minuman kopi dengan “float” krim, coklat dan sebagainya. Makanan minuman keren tersebut memang sangat mudah ditemui di mall-mall, plaza dan pertokoan besar di pusat dan pinggiran kota. Dan agaknya telah membudaya dan menjadi santapan elit, terutama bagi kaum muda perkotaan.  Budaya konsumtif perkotaan diakui atau tidak telah melanda juga anak-anak muda, termasuk bagaimana mereka memilih jajanannya. Siapa yang tidak merasa wah dan “gaul” jika makan siang atau makan malam di McDonalds atau  KFC atau Pizza Hut atau Dunkin’ Donuts ? Biasanya tidak ada yang menolak. Selain rasanya yang nikmat, suasana restorannya juga menyenangkan dan bergengsi. Tapi tahukah kita bahwa jenis-jenis jajanan yang ditawarkan restoran-restoran di atas termasuk atau sangat berpotensi sebagai junk-food? Alias makanan sampah? Mengapa makanan sampah? Produk pangan disebut junk-food jika kandungan nutrisinya sangat rendah atau kalorinya terlalu tinggi dan hanya mengandalkan rasanya yang enak. Umumnya yang termasuk dalam golongan junk-food adalah makanan berkadar garam tinggi, bergula tinggi, berlemak tinggi, namun kandungan nutrisi lainnya tipis, seperti protein, vitamin danmmineral. Salah satu ciri junk food antara lain mengandung banyak sodium
(garam-garaman), lemak jenuh dan kolesterol. Junk food mengutamakan citarasa, penampilan luar yang wah dan secara ekonomi menguntungkan karena populer, sedangkan nilai gizinya prioritas ke sekian.
Oxford dictionary mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit, terutama di snack bar atau rumah makan. Makanan siap saji yang beredar saat ini tercatat 500 – 600 jenis.
Samuel Hirsch, seorang pengacara dari New York, menuntut empat restoran cepat saji terkemuka di Amerika. Tuntutan itu dilakukan, karena makanan berkadar lemak tinggi yang disajikan restoran-restoran tersebut dianggap bertanggung jawab atas gangguan kesehatan dan kegemukan yang diderita kliennya, sebagaimana dikutip surat kabar Fox on-line.
Hirsch juga mewakili dua klien lain dengan kasus serupa, yang dalam
waktu dekat akan maju ke pengadilan New York. Frances Winn, klien Hirch, adalah pensiunan perawat berusia 57 tahun, mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji sedikitnya dua kali seminggu sejak tahun 1975. Hal itu membuat berat badannya meningkat, menderita tekanan darah tinggi, kolesterol dan gangguan kelenjar tiroid.
Klien Hirsch lainnya, Israel Bradley biasa mengkonsumsi sekitar 400 gram kentang goreng, walau hanya sekali dalam seminggu. Di usianya yang ke-59 tahun, ia menderita tekanan darah tinggi, kencing manis dan kegemukan.
Menanggapi banyaknya tuntutan, pihak produsen makanan cepat saji menjelaskan bahwa tuduhan tersebut tidak masuk akal. “Tersedia banyak pilihan jenis restoran dan konsumen bebas menentukan pilihannya,” sebagaimana diungkapkan Katharine Kim, juru bicara Asosiasi Restauran Nasional Amerika Serikat.
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural  Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Kebanyakan fast food mengandung lebih dari 50% lemak, rendah besi, kalsium, riboflavin, serat makanan, vitamin A dan C. Kandungan vitamin C rendah bila tidak dimakan bersama buah atau juice buah. Bukan tidak perlu kita menolaknya karena berlawanan dengan kepercayaan umum,
Fast food kini juga telah menggeser makanan tradisional, bahkan telah merubah pola makan masyarakat menjadi kurang sehat.
Walter Olson, pakar hukum dari Institut Manhattan melontarkan pembelaan senada, “Banyak orang umumnya sudah menyadari, bahwa mengkonsumsi burger keju ukuran besar tentu saja tidak sama dengan sayuran.” Juru masak dari salah satu restoran yang dituntut mengatakan, “Lagipula, makanan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kesehatan, latihan jasmani juga penting.” Menyikapi kontroversi yang muncul sekitar makanan cepat saji, memang sulit disangkal adanya kaitan antara riwayat kebiasaan mengkonsumsi hidangan cepat saji dengan kegemukan, yang manifestasi utamanya pada sistem pembuluh darah.




BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
III.1. DEFINISI FAST FOOD
III.1.1. Apa itu Fast Food ?
Fast food sering disebut sebagai makanan siap saji. Makanan  siap saji yang dimaksud adalah jenis  makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk  tersebut.  Makanan siap  saji biasanya berupa  lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.
III.1.2. Kenapa harus Fast Food ?
Kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit.  Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja dikantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini.  Selain mudah disajikan makanan  ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.
Kehadiran fast food langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk gaya hidup orang modern. Cara penyajiannya cepat sehingga semua orang bisa menyantapnya sambil berdiri atau berjalan, bahkan jalan-jalan di taman kota.
Pelayan yang ramah dan berpakaian rapi, pelayanan yang cepat, ruang makan yang bersih dan nyaman, kualitas makanan yang terstandarisasi, manajemen SDM yang baik serta lokasi usahanya yang strategis.
Untuk makan, kita umumnya menginginkan semuanya serba cepat dan praktis sehingga kita lebih memilih makan junk food atau makanan cepat saji, yang dapat menimbulkan masalah pada tingginya lemak dan kolesterol serta rendah nutrisi.
III.2. PRODUKSI FAST FOOD
III.2.1. Kemasan Fast Food
Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas  makanan tetap baik, meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi.
Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan di Indonesia sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI.  Pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan food grade dan food safety.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis.  Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan  nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).
Unsur-unsur bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena  terdapatnya zat plastik  berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992)  kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker, dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik.
III.2.2. Dampak positif Fast Food
Fast food merupakan pilihan makanan yang baik bagi yang membutuhkan kecepatan, kenyamanan, terjamin kebersihannya, lezat rasanya, kepraktisan, dan harga yang relatif murah serta sedikit keluar tenaga, bisa sambil berekreasi serta bergengsi.
Fast food terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala kecil dan besar.  Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan pemilihan jenis makanan, keragaman makanan, kualitas makanan dan praktis.
I1I.2.3. Dampak negatif Fast Food
Mengkonsumsi makanan cepat saji bukannya tanpa resiko. Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun  jangka panjang.
Zat Aditif
Dampak terhadap kesehatan
Sulfit
Sesak napas, gatal-gatal dan bengkak
Zat warna
Menimbulkan alergi dan kanker hati, menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, dan carcinomas kelenjar tiroid
MSG
Kerusakan otak, kelainan hati, trauma, hipertensi, stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan depresi
BHT dan BHA
Menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang alergi terhadap aspirin
Pemanis
Menyebabkan kanker kantong kemih (saccarin), gangguan saraf dan tumor otak (aspartan), mutagenik
Gaya hidup berlebihan dalam mengonsumsi makanan ini dapat menyebabkan kegemukan yang akan memberikan pengaruh buruk bagi kita, terutama anak-anak. Salah satu dampak buruknya seperti timbulnya masalah dalam berperilaku sosial serta dapat menumbuhkan sifat yang cenderung emosional.
III.2.4. Mengurangi dampak negatif
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di upayakan dengan beberapa cara antara lain :
1.  Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol  pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal  makanan sehat dari rumah.
2. Secara Eksternal
Produsen diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan.
Pemerintah melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM) memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
Tepat jika disadari pula, bahwa makanan bukan satu-satunya faktor pencetus kondisi-kondisi gangguan kesehatan tersebut. Kegemukan secara garis besar terjadi karena asupan kalori lebih banyak dari jumlah kalori yang dibakar, guna keperluan tubuh menjalankan fungsinya dan beraktivitas. Akibatnya, kelebihan kalori yang tidak dibakar tersebut akan menumpuk di tubuh, dalam bentuk lemak. Sehingga berat badan dan kandungan lemak dalam tubuh, termasuk kolesterol darah, dapat cenderung meningkat. Untuk itu, kita perlu lebih selektif dalam memilih makanan, serta dikombinasikan dengan kebiasaan hidup sehat lainnya. Misalnya, berolahraga secara teratur akan memberikan hasil lebih optimal pada kesehatan tubuh.


III.3. DISTRIBUSI FAST FOOD
Fast food bebas dikonsumsi oleh siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Kebanyakan yang mengkonsumsi fast food adalah orang-orang yang memiliki aktivitas berlebih yang tidak mempunyai waktu untuk memasak makanan di rumah. Mereka lebih memilih membeli makanan di luar karena lebih praktis.
Fast food telah tersebar di segala penjuru terutama di kota-kota besar yang memiliki penduduk sangat padat. Berbagai macam bentuk fast food yang telah di distribusikan di semua daerah. Bahkan di negara-negara maju telah menjadi konsumsi sehari-hari.
III.4. PENGOLAHAN FAST FOOD
III.4.1. Bahan aditif dalam Fast Food
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut.
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi  beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin 2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, 5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), 7)  agen pengembang untuk roti dan bolu, agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG), 9) bahan pewarna.   Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Di samping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunakan ukuran dan aturannya sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita waspadai adalah adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaannya bukan untuk makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh Suriawiria (2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop untuk menimbulkan warna merah.
III.5. KONSUMSI MAKAN
III.5.1. Nilai gizi yang terkandung dalam Fast Food
Sehat adalah berfungsinya organ tubuh secara fisiologis normal. Dalam konsumsi pangan konsumen tidak hanya menilai dari citarasa dan nilai gizinya tetapi juga mempertimbangkan pengaruh pangan terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, atau menurunkan efek negatif suatu penyakit, dan kalau memungkinkan menyembuhkan penyakit tersebut.
Pada umumnya menu makanan cepat saji mengandung kalori, garam dan lemak termasuk kolesterol dalam jumlah yang besar, selain itu menu ala Barat umumnya hanya sedikit mengandung serat (dietary fiber) dibanding makanan di rumah tangga. Kalori adalah satuan ukuran untuk energi yang didapatkan tubuh dari makanan seperti dari karbohidrat, protein dan lemak. Setiap gram karbohidrat dan protein memberikan kurang lebih 4 kalori energi, sedangkan dari 1 gram lemak diperoleh hampir 9 kalori. Oleh karenanya dapat diduga bahwa menu makanan cepat saji ala Barat mengandung kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan rumahan serta tidak mengandung beberapa unsur yang diperlukan tubuh (serat, vitamin, mineral) dalam jumlah yang cukup.
Fungsi normal tubuh seperti bernapas dan denyut jantung, serta aktivitas fisik membutuhkan energi. Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda, antara lain dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas seseorang. Kekurangan kalori merupakan salah satu penyebab menurunnya produktivitas kerja. Sebaliknya kelebihan kalori akan menambah berat badan dan menyebabkan kegemukan.
Banyak penelitian membuktikan, seperti halnya kegemukan (obesitas), konsumsi makanan tinggi lemak menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah dan merupakan salah satu faktor resiko pemicu penyakit jantung, stroke dan diabetes. Selain itu, diet tinggi lemak juga memperbesar resiko terkena kanker, terutama kanker payudara dan usus besar.
Dalam hidupnya, setiap orang juga membutuhkan asupan garam dari makanan, untuk mengganti sejumlah zat gizi yang dikeluarkan tubuh sehari-hari. Pengeluaran tersebut antara lain melalui keringat, tinja dan air kemih. Unsur natrium adalah kandungan mineral yang paling dominan menjadi komposisi garam dalam makanan. Pada orang tertentu, diet tinggi garam mempunyai hubungan dengan resiko terjadinya penyakit darah tinggi.
Adapun serat dari makanan merupakan karbohidrat komplek, yang tidak turut dicerna. Serat dapat membantu fungsi pencernaan dengan mengurangi kemungkinan sulit buang air besar, selain peran lainnya dalam menurunkan kadar kolesterol dan gula darah.
III.6. FAST FOOD DENGAN JUNK FOOD
III.6.1. Junk Food
Junk food adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Junk food mengandung jumlah lemak yang besar. Makanan cepat saji seperti hamburger, kentang goreng dari McDonald, KFC dan Pizza Hut sering dianggap sebagai junk food.
Junk food termasuk kedalamnya jenis makanan yang tinggi kandungan garam, gula, lemak dan tinggi kalori serta rendah nutrisi. Makanan bergaram, permen, permen karet, makanan penutup yang mengandung gula, makanan cepat saji gorengan, dan minuman yang berkarbonasi adalah jenis junk food yang utama. Umumnya, junk food menawarkan sedikit protein, vitamin dan mineral dan tinggi kalori yang berasal dari gula atau lemak. Istilah nol kalori mencerminkan sedikit nutrisi pada junk food ini.
Junk food juga dapat diartikan secara harfiah menjadi “makanan rongsokan” atau bisa disebut juga “makanan tak berguna”. Makanan yang dijadikan sebagai perilaku gaya hidup yang muncul karena globalisasi dan modernisasi ini ternyata tidak memiliki nilai-nilai nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh kita, sehingga sebutan junk food ini benar-benar sesuai untuk disandangnya.
Makanan-makanan yang disebut sebagai junk food yaitu makanan-makanan cepat saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, contohnya pizza, hamburger, ayam goreng, keripik kentang berkeju, cemilan-cemilan lainnya seperti kentang goreng bermentega, sampai merambah ke minuman bersoda. Makanan-makanan ini jika kita konsumsi secara berlebihan akan mengganggu kesehatan kita, seperti kegemukan (obesitas), kencing manis (diabetes), tekanan darah tinggi (hipertensi), kanker, stroke, dan lain sebagainya.
Masyarakat di era modern ini ternyata terlalu berlebihan mengonsumsi junk food, bahkan dijadikan sebagai makanan favoritnya. Tidak aneh juga, karena iklan-iklan yang digencarkannya melalui televisi dan media cetak dapat memberikan pengaruh besar dalam mempromosikan junk food ini.
Umumnya anak dan remaja merupakan golongan yang sering memakan junk food. Seorang ahli menyatakan bahwa terlalu banyak memakan junk food merupakan salah satu faktor yang mengkontribusi terjadinya obesitas pada anak. Orang tua biasanya mengenali kebanyakan junk food seperti permen, biscuit, donat, sereal, es krim, soda, dan minuman buah, namun biasanya orangtua tak terlalu memperhatikannya.
Sebagai tambahan, junk food tidak hanya makanan yang mengandung banyak gula, tetapi juga yang mengandung tinggi garam, atau tinggi kalori yang tidak mengandung nilai kalori seperti serat, vitamin dan mineral. Juga perlu diingat bahwa junk food bisa mengandung banyak kalori yang berasal dari gula atau lemak. Contoh junk food selain permen dan snack antara lain : hamburger daging, hamburger keju, tacos, roti lapis ayam, kentang goreng, nugget, nachos, keripik kentang, pizza.
Kehadiran fast food langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk gaya hidup orang modern. Cara penyajiannya cepat sehingga semua orang bisa menyantapnya sambil berdiri atau berjalan, bahkan jalan-jalan di taman kota. Bertahun-tahun gaya hidup serba instan itu berjalan, sampai akhirnya mereka tersadar bahwa maraknya fast food telah membuat jumlah orang gemuk di AS juga meningkat tajam. Sebenarnya fast food tidak sama dengan junk food (makanan sampah yang hanya padat kalori). Bahan penyusun fast food termasuk golongan pangan bergizi. Yang penting dilakukan adalah bagaimana mengatur frekuensi makan fast food agar tidak dikonsumsi secara berlebihan. Junk food adalah kata lain untuk makanan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya sedikit. Yang paling gampang masuk dalam jenis ini adalah keripik kentang yang mengandung garam, permen, semua dessert manis, makanan fast food yang digoreng, dan minuman soda atau minuman berkarbonasi. Pada makanan yang mempunyai label junk food biasanya kandungan vitamin, protein, atau mineralnya sangat sedikit. Junk food mengandung banyak sodium, lemak jenuh, dan kolesterol. Bila jumlah ini terlalu banyak di dalam tubuh, maka akan menimbulkan banyak penyakit. Dari penyakit ringan sampai penyakit berat macam darah tinggi, stroke, jantung, dan kanker.
Sodium tidak boleh kebanyakan terdapat di dalam tubuh kita. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 miligram. Ini sama dengan 1 3/5 sendok teh. Bila sodium terlalu banyak, maka dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung, dan stroke.
Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, ayam, ikan, telur, mentega, susu, dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh akan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak jenuh.
Selain itu, beberapa junk food juga mengandung banyak gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, dan obesitas. Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 gram atau satu sendok the sehari.
III.6.2. Cara mengenali Junk Food
Dengan melihat label makanan maka dapat lebih mudah mengenali junk food, termasuk makanan yang mengandung sedikit nutrisi :
Ø  Lebih dari 35% kalori dari lemak ( kecuali untuk susu rendah lemak )
Ø  Lebih dari 10% kalori dari lemak jenuh
Ø  Mengandung lemak trans
  • Lebih dari 35% kalori dari gula, kecuali jika terbuat 100% dari buah-buahan dan tidak ada tambahan gula
  • Lebih dari 200 kalori per sajian makanan untuk snack
  • Lebih dari 200mg per sajian untuk sodium (garam) untuk snack
III.6.3. Cara menghindari Junk Food
Untuk menghindari junk food maka kita harus membiasakan memakan makanan yang sehat, seperti :
a)         Makanan yang rendah lemak, lemak jenuh dan kolesterol
b)         Makanan berserat tinggi, termasuk biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan
c)         Makanan yang mengandung sedikit gula dan garam
d)         Makanan tinggi kalsium
e)         Makanan tinggi zat besi
Dengan memperhatikan komposisi nutrisi makanan pada label bungkus makanan, maka akan diketahui jumlah kalori per sajian, jumlah lemak, sodium, kolesterol, serat dan gula pada makanan tersebut.
Jumlah kalori yang diperbolehkan per sajian adalah 300 kalori. Jumlah lemak yang diperbolehkan adalah 30% dari total kalori sehari. Sodium per sajian tidak boleh lebih dari 2300mg perhari. Jumlah kolesterol juga tidak boleh lebih dari 300mg perhari. Serat dalam makanan juga harus ada dan jumlahnya boleh lebih dari 2g persajian makanan.
Kadar gula dalam sereal yang dibolehkan adalah sampai 4g, tetapi bila sereal mengandung buah-buahan kadar gula boleh sampai 8g.
III.6.4. Bahaya Junk Food
Junk food mengandung banyak sodium, lemak jenuh, dan kolesterol. Bila zat-zat itu tertimbun banyak di tubuh, dapat menimbulkan banyak penyakit. Dari penyakit ringan sampai penyakit berat,seperti darah tinggi, gangguan jantung, dan kanker.
Sodium adalah bagian dari garam. Dalam tubuh, jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 miligram. Kebanyakan sodium dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang dapat merembet ke gangguan ginjal, penyakit jantung, dan stroke.
Lemak jenuh adalah jenis lemak yang merangsang hati kita untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara. Pertama, dihasilkan oleh tubuh. Kedua, berasal dari produk hewan yang kita makan. Sebenarnya, kita tidak perlu menambahkan kolesterol masuk dalam tubuh karena tubuh kita sudah menghasilkan kolesterol.
Kolesterol banyak terdapat dalam daging, ikan, telur, butter, susu, dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah. Tersumbatnya saluran tersebut mengakibatkan pasokan darah dan oksigen dalam darah tidak lancar ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Terhambatnya pasokan darah dan oksigen ke otak dapat menyebabkan stroke.
Satu lagi, tingginya jumlah lemak jenuh dapat menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Fast food dan soft drink mengandung kadar gula yang tinggi. Konsumsi berlebihan, mengakibatkan peningkatan kadar gula dalam darah. Penumpukan gula ini merangsang tubuh untuk memproduksi insulin lebih banyak sehingga terjadi sindrom kadar gula di dalam darah. Akibatnya, badan jadi lesu, sulit konsentrasi, dan mudah marah. Lebih parah lagi, kadar gula tersebut diikuti peningkatan produksi hormon adrenalin yang mendorong remaja bersikap agresif.
Gula terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan kegemukan atau obesitas, penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, mengurangi kolesterol yang berguna, meningkatkan kadar lemak dalam darah. Makanan atau minuman yang mengandung banyak gula, antara lain cake, cookies, dan minuman bersoda (soft drink). Di antara semua di atas, minuman bersoda mengandung paling banyak gula. Pada satu kaleng minuman bersoda, mengandung sedikitnya sembilan sendok teh gula. Padahal, seharinya tubuh butuh empat gram atau satu sendok teh dan tidak boleh lebih.
Perlu juga diketahui, minuman bersoda tidak hanya mengandung banyak gula, tetapi juga mengandung kafein dan zat-zat adiktif lainnya. Sebagian orang biasanya sensitif dengan makanan yang mengandung additive. Gejalanya bisa seperti diare atau mencret, dan skin rashes atau ruam pada kulit. Selain itu, satu penelitian juga menyatakan bahwa junk food dapat membuat lemah otak dan menurunkan kecerdasan.
Junk food berakibat buruk buat tubuh. Junk food adalah makanan yang mengandung banyak lemak, gula, dan berkalori tinggi dengan nutrisi rendah serta sedikit serat.
Gabungan semua itu sangat “mematikan”, karena jika dikonsumsi berlebih menyebabkan penyakit menyeramkan bernama diabetes, sakit jantung, stroke, darah tinggi, kanker usus, kanker payudara, bahkan penuaan dini!
Tidak hanya penyakit-penyakit ’tingkat tinggi’ seperti itu, penyakit ringan semisal karies (gigi berlubang), batuk-batuk, dan obesitas pun bisa menjangkiti kita.
Akibat mengutamakan citarasa junk-food mengandung banyak lemak, garam dan gula, termasuk bahan tambahan pangan atau aditif sintetik untuk menimbulkan citarasa, seperti MSG. Maka junk-food berpotensi menimbulkan banyak penyakit, dari yang ringan sampai berat, seperti obesitas, rematik akibat penimbunan asam urat, tekanan darah tinggi,
serangan jantung koroner, stroke dan kanker.
Saat ini penyakit-penyakit degeneratif tersebut tidak hanya monopoli diderita orang tua yang berumur, tetapi juga anak muda. Berdasarkan data survai WHO umur rata-rata orang yang terjangkit jantung koroner di dunia telah menurun dari 46 tahun ke 35 tahun. Suatu hal yang sangat memprihatinkan.
Cara mengatasi Junk Food, antara lain jika makan fried chicken (tidak digunakan istilah ayam goreng karena konotasi yang ditangkap akan sangat berbeda, fried chicken alias ayam goreng impor menggunakan teknik penggorengan deep frying dimana kandungan lemak bahan yang digoreng jauh lebih besar dibandingkan dengan bahan yang digoreng dengan teknik penggorengan biasa) sebaiknya buang bagian kulitnya. Kulit ayam, apalagi ayam ras, adalah sumber lemak jenuh dan kolesterol. Jangan ganti nasi dengan french fries. Kandungan lemak dan sodium french fries sangat tinggi, mengkonsumsi nasi lebih baik. Kalau beli burger, cari pilihan jenis burger yang lebih banyak mengandung bahan nabati dibandingkan hewani. Jika memungkinkan perbanyak isi sayurnya, seperti selada, tomat, mentimun dan sebagainya. Sekarang mulai ngetrend coffee float, cola float dansebagainya. Ingat float banyak mengandung lemak dan gula. Sebaiknya beli minuman tanpa embel-embel float. Es krim kadang-kadang dipakai sebagai hidangan penutup, selayaknya dihindari karena kandungan gula dan lemaknya cukup tinggi. Sebaiknya ganti dengan yoghurt, puding atau jus buah. Jika tidak tersedia, minum teh jauh lebih baik. Junk Food adalah makanan yang tinggi kalori, lemak, sodium, gula, namun rendah di protein, vitamin, mineral seperti contohnya beef burger protein cukup, kalori cukup namun rendah di vitamin dan mineral, tinggi di sodium, gula, lemak.
Lemak ada lemak tidak jenuh, lemak jenuh, dan trans fat. Lemak Monounsaturated (canola, olive dan peanut oil, and alpukat) dan lemak polyunsaturated (safflower, wijen, biji bunga matahari, dan banyak kacang-kacangan dan biji-bijian) tidak menaikkan kadar LDL (kolesterol buruk) tapi dapat menaikkan tingkat HDL (kolesterol baik). Yang terbaik adalah untuk memilih makanan dengan jenis lemak ini untuk menjaga kesehatan anda.
Saturated fat atau lemak jenuh, trans fatty acid dan dietary cholesterol akan meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam tubuh anda dan dapat mengakibatkan masalah jantung. Lemak jenuh banyak ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewani seperti daging sapi, domba, babi, minyak babi, butter, cream, produk susu whole milk, keju, dan beberapa jenis tumbuhan seperti minyak kelapa, dan minyak sawit yang banyak ditemukan dalam kue tart, cookies, dan cemilan yang mengandung garam.  Tidak seperti minyak tumbuhan yang lain, minyak ini banyak mengandung asam lemak jenuh.  Beberapa makanan yang diproses makanan siap saji yang dibekukan dan makanan kalengan dapat mengandung lemak jenuh yang tinggi.  Sebaiknya anda mengecek label di kemasan sebelum anda membeli makanan jenis ini.
Trans fatty acids (TFAs) terbentuk selama proses pembuatan minyak goreng, margarin, dan shortening dan banyak ditemukan dalam makanan yang dijual secara komersil seperti gorengan, roti, cookies dan crackers.  Beberapa ditemukan secara alami dalam jumlah  yang kecil dalam makanan yang berasal dari hewani seperti daging sapi, babi dan domba dan butter fat di dalam butter dan produk susu.  Berdasarka penelitian, TFA akan meningkatkan total kolesterol dalam darah.  TFA cenderung meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol yang baik (HDL).  Sebuah penelitian menemukan empat sumber utama TFA dalam pola makan atau diet seorang wanita berasal dari margarin, daging (sapi, babi, domba), cookies dan roti putih.  Sampai saat ini TFA tidak dicantumkan dalam label nutrisi tapi hal ini akan segera berubah.  Beberapa produsen makanan bahkan telah mengumumkan bahwa mereka telah menghilangkan TFA dari makanan yang mereka produksi.
III.6.5. 10 makanan sehat yang bisa menjadi Junk Food
Semua makanan instan itu adalah makanan sampah (junk food). Itulah yang terpatri di benak kebanyakan orang. Akibat kampanye kesehatan yang dicerna agak miring, otomatis publik menganggap semua makanan instan adalah sampah atau lebih tepatnya merugikan kesehatan kita. Terlebih lagi jika makanan itu berasal dari budaya barat. Iklan memang kadang memberi efek berlebihan pada kehidupan kita. Padahal ada sejumlah makanan yang selintas kita anggap “sampah” justru memiliki kandungan gizi yang masih layak dikonsumsi andai diolah secara baik.
Berikut daftar 10 makanan yang awalnya adalah makanan sehat, tapi setelah terlalu dikomersilkan justru menjadi sampah.
1. Pizza
Bukan hanya kita di Indonesia, bahkan orang Amerika pun menganggap pizza masuk kategori junk food. Padahal di negara asalnya, Italia, ada hukum yang mengatur bagaimana komposisi pizza idealnya dibuat. Ditentukan mulai dari jenis tepungnya, tomat, mozarela, sampai ke minyak zaitunnya. Makanan ini jika diolah sesuai ketentuan merupakan makanan praktis lagi kaya gizi. Sayangnya, mulai banyak pizza yang diolah terlalu komersil sehingga mengandung terlalu banyak lemak, kalori, sodium, namun rendah gizi.
2. Sayuran Organik Komersil.
Awalnya ini adalah ide yang baik. Sejumlah petani memulai gerakan tanaman organik, menghindari pestisida dan pupuk kimia. Mereka menanam dengan cara alamiah.Namun setelah 30 tahun berlalu, produk tanaman organik menjadi kasus. Sejumlah waralaba besar menginginkan profit berlebih. Akibatnya diproduksi makanan sampah organik seperti susu organik, sayuran organik, yang semuanya berlabel. Apakah itu sungguh sehat dikonsumsi, kadang diragukan. Istilah “organik” kerap hanya sebagai label belaka.
3. Sereal.
Di Indonesia kini sarapan pagi yang biasa bermenu nasi uduk atau lontong sayur mulai digeser dengan sereal. Aslinya, sereal yang ideal terbuat atas gandum, oat atau beras. Intinya adalah bahan pangan untuk manusia. Kandungannya adalah protein, lemak sehat dan vitamin. Sayang, mulai marak produsen makanan yang menambah bahan gula, sirup jagung, garam, makanan yang dikeringkan dan sejenisnya. Bahan-bahan inilah yang membuat sereal menjadi sampah di tubuh kita.
4. Roti Tawar.
Roti tawar yang berbahaya bagi kesehatan adalah yang mengandung bahan tak sehat. Dan ini justru yang banyak beredar di negara maju seperti AS. Yakni mengandung tepung dengan gula, sirup jagung, bahkan sejumlah bahan tambahan tak berguna. Kandungannya membuat orang berisiko menderita obesitas dan diabetes sebab sekali dimakan akan langsung dikonversi menjadi gula darah bernama glukosa. Glukosa ini membuat pankreas bekerja keras dan merusak organ sekitar. Roti tawar yang sehat adalah yang terbuat dari tepung dan air dengan sedikit garam dan yeast.
5. Popcorn.
Jangan terlalu ketagihan makan popcorn yang berasa asin dan menggoda. Pada dasarnya bahan jagung itu sehat, mengandung zat besi tinggi, kalori rendah dan sedikit gula, garam dan lemak. Sayang kini justru kandungan gula, lemak dan garamnya sangat luar biasa. Jauh lebih sehat menyiapkan popcorn sendiri di rumah dengan campuran garam dan gula yang terkendali.
6. Kentang Russet.
Ini adalah jenis kentang yang dipakai untuk membuat french fries alias kentang goreng yang kita kenal sebagai camilan lezat. Kentang Russet ukurannya lebih besar dari kentang biasa, juga lebih murah. Setelah dianalisa, kentang ini jika dikonsumsi cepat terkonversi menjadi gula darah dan memicu diabetes dan obesitas. Karena rasanya yang hambar, banyak produsen menambahkan gula dan garam ke bahan ini.
7. Teh Hijau
Dipercaya berkhasiat mencegah kanker, teh hijau banyak dikonsumsi di Asia termasuk Indonesia. Teh ini mengandung antioksidan dan komponen lain yang katanya mengurangi risiko kanker, serangan jantung, bahkan membuat awet muda. Kini teh hijau banyak dijual dalam kemasan botol, ditambah beragam rasa agar menarik. Zat seperti gula, bahan penambah rasa dan pengawet justru membuat teh hijau bukan lagi minuman sehat.
8.Sup Kalengan.
Pada dasarnya sup adalah makanan sehat. Itu jika disajikan dalam keadaan segar dengan kandungan sayuran dan komposisi bumbu seimbang. Namun orang kadang lebih suka yang praktis, sehingga membeli sup kalengan. Awalnya sup kalengan juga masih ideal, sayangnya lama-lama produsen hanya memikirkan profit semata. Satu kaleng sup bisa mengandung 100 miligram sodium dan garam berlebihan, serta lemak dan zat kimia lain. Tentu saja bahan-bahan itu jauh dari definisi sehat.
9. Yogurt.
Betul bahwa yogurt makanan sehat yang terbuat dari proses fermentasi bakteri. Proteinnya tinggi, kalsium dan vitaminnya memberi efek bagus pada tubuh. Kebanyakan di pasar swalayan banyak dijual yogurt kemasan bermerek. Biasanya mengandung banyak gula dan buah yang diproses, lalu menyamar sebagai makanan sehat.
10. Nuget Ikan
Ikan memang sehat. Maka banyak ditawarkan godaan produk ikan dalam bentuk instan dan konon lezat. Nuget ikan atau ikan yang sudah diolah lalu siap saji cukup dengan menggorengnya kini menggoda kita untuk membeli. Memang praktis, tak perlu membersihkan ikan mentah yang bau amis dan kotor. Jangan salah, ikan jenis ini justru lebih banyak kandungan garam dan lemak. Kalau sudah begitu, pastinya nilai positif ikan sudah nyaris tak tersisa lagi.
III.6.6. Mengurangi bahaya Junk Food
Untuk meredam bahaya junk food dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
1)              Biasakan sarapan dan makan di rumah, karena makanan rumah lebih sehat dan bergizi. Jadi sebelum berangkat sekolah atau jalan-jalan, terutama ke mal, usahakan sarapan. Dijamin, perut kenyang niat jajan pun berkurang.
2)              Kalau tidak mampu membendung keinginan untuk makan junk food, beli porsi terkecil. Misalnya, dalam satu paket hemat ada dua potong ayam, lebih baik dibagi dua dengan teman. Saat membeli es krim, minuman soda atau menu lain, pilih ukuran small atau regular. Jangan tergoda dengan topping atau bumbu tambahan. Karena bisa menambah kandungan kalori dalam makanan.
3)              Bagi yang merasa kesulitan lepas dari junk food, minum air putih sebanyak-banyaknya. Meski menurut anjuran cukup 8 gelas perhari, minum lebih justru semakin baik. Sebab air putih membantu proses pembuangan semua racun-racun di dalam tubuh. Termasuk zat yang terkandung dalam junk food. Jangan lupa juga untuk berolahraga secara teratur. Paling tidak seminggu tiga kali, setengah sampai satu jam dalam sehari. Dengan berolahraga, maka kalori dalam tubuh akan terbakar. Jenis olahraga yangdilakukan tidak harus berat. Jalan kaki setengah jam, lebih baik dibanding nongkrong di depan tv.
4)              Imbangi pula junk food dengan makan sayuran dan buah-buahan. Dua jenis makanan ini tinggi kadar seratnya. Sangat bagus untuk mengimbangi tubuh yang sudah kemasukan junk food. Tiap kali keluar rumah, jangan malu membawa buah-buahan di dalam tas. Pilih buah yang mudah di bawa seperti apel, pir, tomat, pisang, jeruk, anggur, atau strawberry. Begitu rasa lapar menyerang, lahap buah itu. Cara ini lambat laun akan menjadi kebiasaan yang positif. Jika sudah membudaya, asupan junk food berkurang dengan sendirinya. Setelah berhasil mengurangi junk food, tingkatkan konsumsi serat yang terdapat dalam sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Usahakan mengonsumsi 3-5 porsi perhari. Hasilnya, tubuh senantiasa bugar dan sehat.
III.7. FAST FOOD DENGAN MASALAH KESEHATAN
III.7.1. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Tak hanya itu, obesitas juga menjadi masalah nasional yang sangat serius, karena banyak kasus kematian menimpa orang AS, terkait dengan masalah kelebihan berat badan.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause. Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel. Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.
Makanan junk food banyak mengandung gula. Gula terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan kegemukan atau obesitas, penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, mengurangi kolesterol yang berguna, meningkatkan kadar lemak dalam darah. Makanan atau minuman yang mengandung banyak gula, antara lain cake, cookies, dan minuman bersoda (soft drink). Di antara semua di atas, minuman bersoda mengandung paling banyak gula. Pada satu kaleng minuman bersoda, mengandung sedikitnya sembilan sendok teh gula. Padahal, seharinya tubuh butuh empat gram atau satu sendok teh dan tidak boleh lebih.
Gabungan semua itu sangat “mematikan”, karena jika dikonsumsi berlebih menyebabkan penyakit menyeramkan bernama diabetes, sakit jantung, stroke, darah tinggi, kanker usus, kanker payudara, bahkan penuaan dini.
Tidak hanya penyakit-penyakit ’tingkat tinggi’ seperti itu, penyakit ringan semisal karies (gigi berlubang), batuk-batuk, dan obesitas pun bisa menjangkiti kita.
Penelitian-penelitian menemukan adanya kaitan antara riwayat kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan lemak, dengan meningkatnya kegemukan. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), angka kejadian obesitas di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Eropa sangat tinggi. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
Di wilayah Asia Pasifik, gejala ini juga mulai berkembang, terutama di wilayah perkotaan. Lebih mengejutkan, beberapa kasus obesitas ditemukan sejak usia anak-anak. Di Malaysia, Cina dan Jepang, sekitar 5 – 17 % kasus obesitas terjadi pada golongan usia yang relatif muda yaitu 6 – 14 tahun.
III.7.2. Cara mengurangi mengkonsumsi Fast Food
Ambil langkah-langkah untuk diet dan pola makan yang lebih baik, tidak peduli betapa sedikit waktu yang  dimiliki. Dengan beberapa trik baru, akan bermanfaat pada diet harian dan mungkin akan meningkatkan energi secara keseluruhan. Untuk memulai pola makan sehat, butuh meluangkan sedikit waktu untuk membuat perencanaannya, tetapi jika sudah tersusun maka akan sangat membantu untuk ke depannya.
Persiapan adalah segalanya, buat daftar saat berbelanja, jangan mengambil apa saja yang tertangkap oleh mata. Daftar belanja akan mengontrol nafsu belanja dan mungkin juga bisa menghemat uang. Untuk hasil yang lebih maksimal, biasakan belanja untuk keperluan 2 minggu ke depan, dengan berisi bahan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga kita tidak mudah sakit. Pilih bahan makanan yang mudah disiapkan.
Lalu mulailah meluangkan waktu untuk memasak makanan sendiri di rumah, baik untuk makanan utama maupun snack. Jika merasa perlu untuk memesan makanan di luar, usahakan untuk memilih makanan yang sehat, lebih baik memilih makanan seperti ayam dan salad daripada burger atau kentang goreng. Beberapa restoran cepat saji mulai menyediakan pilihan makanan yang sehat, seperti makanan yang dipanggang, buah-buahan dan salad.
Coba untuk membatasi minuman soda dan minuman ringan lainnya, minuman seperti ini dapat memiliki efek buruk pada diet yang dilakukan. Cobalah untuk tetap makan makanan yang sehat, meski selalu dibutuhkan persiapan kecil, namun pasti semua itu dapat dilakukan.
III.7.3. Cara memilih Fast Food dengan benar
Tidak semua fast food berarti junk food. Makanan Jepang seperti sushi, sashimi, juga salad dan sandwich, dengan berbagai macam sayuran yang bisa divariasikan, malah bermanfaat. Makanan seperti itulah yang sebaiknya kita pilih apabila ingin mengkonsumsi fast food atau makanan cepat saji.
Menu makanan cepat saji memang tidak selalu identik dengan makanan yang berbahaya bagi kesehatan, selama konsumsi jenis makanan tersebut dilakukan dengan lebih selektif, bijaksana serta tidak dijadikan suatu kebiasaan rutin.
BAB IV
PENUTUP
IV.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1)      Mengkonsumsi fast food memang lebih praktis daripada memasak makanan sendiri yang memerlukan banyak waktu.
2)      Fast Food banyak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan tubuh.
3)      Mengkonsumsi fast food dapat menyebabkan obesitas.
4)      Memilih makanan dengan bijaksana.
5)      Fast food termasuk ke  dalam junk food yakni makanan sampah.
6)      Mengkonsumsi fast food lebih banyak memiliki dampak mnegatif untuk kesehatan tubuh.
IV.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka diberikan saran sebagai berikut :
1)      Lebih baik memasak makanan sendiri di rumah karena terjamin kebersihannya dan memiliki nilai gizi yang tinggi.
2)      Kurangi mengkonsumsi fast food untuk menghindari tubuh dari zat-zat aditif yang dapat membahayakan tubuh dan kesehatan.
3)      Hindari kebiasaan makan di luar rumah dan memilih makan di restaurant yang menyajikan makanan cepat saji atau fast food yang dapat menimbulkan obesitas.
4)      Apabila ingin makan di restaurant pilihlah makanan yang berupa sayur-sayuran dan ikan-ikanan segar seperti salad dan sushi yang banyak ditemukan dalam makanan ala Jepang.

Tidak ada komentar: